Nasehat Di Hari Jum’at
Hening sepertiga malam. Jum’at Mubarak (20/04/2012) sebelum Al
Kahfi membakar ruhiyah kita. Mari membasuh diri dengan salah satu rukun sholat,
‘mencumbu’ gelapnya malam dengan 11 rokaat. Memuntahkan curatan hati kepada
Yang Maha Memahami Dan Maha Memiliki Solusi. Ketika orang berpikir tentangmu
dari masa lalu dan membangun justifikasi kuat dari itu untuk dirimu hari ini.
maka diam dan beramallah, karena penebusan itu selalu membangun kesempatan di
masa depan bukan masa lalu.
Jum’at ini kuku di jemari harus dibersihkan, bulu bulu di
gunduli. Siapkan pakaian terbaik. Hari rehat umat islam layaknya pit stop
Formula 1, setelah satu minggu putaran kehidupan terlewati. Tegarlah para
mempelai kehidupan. Belajarlah pada tiap titisan ruang waktu. Menjadi tawadhu
dihadapan kesalahan. Bersemi rasa sabar menghadapi fitnah lalu biarkan mentari
menyapa hujan untuk rehat sejenak dalam ragam dinamika. Dan dalam dua suhu berbeda
antara suka dan duka itu selalu ada pelangi, bersemayam sebagai Ibroh yang
mendewasakan kita.
Saya mengerti sahabat, bagaimana rasanya seorang yang merasa
lebih baik dirimu, justru menilai dirimu dari masa lalumu, padahal bisa jadi
hari ini kau telah jauh lebih baik. Namun apalah artinya memikirkan dan
meladeni semua itu? Bukankah kita menjadi sama bodohnya jika reaksioner menjadi
lebih dominan terekpresikan dalam senggama emosi, padahal ada pekerjaan
kehidupan yang lebih pantas kita fokuskan untuk perbaikan diri kita bukan?
Saya juga mengerti sahabat, ada banyak orang menilaimu salah.
Bahkan lebih hinanya lagi mereka ingin menghinakanmu didepan orang banyak.
Jangan takut sahabat, ingatlah nasehat Rasulullah Saw ini
“Barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya
Allah akan menutup aibnya di dunia dan diakhirat” (HR. Ibnu Majah)
Maka cukuplah diam menjadi penghiburmu, dan amal menjadi
solusi terbaik hidupmu. Bahwa cerita boleh berkembang dari bahan baku masa
lalu. Tapi sebuah iman bisa menjadi kafir di nafas terakhir, dan kekafiran bisa
ditutup dengan iman juga di nafas terakhir. Kita tidak pernah tahu amal yang
mana yang tanpa sadar telah melahirkan kekafiran dalam diri kita, seperti kita
juga tidak pernah tahu amal yang mana yang telah membuat Allah jadi meridhoi
kita di akhirat nanti. Maka beramallah….lihat kaca didepan kendaraanmu, jangan
fokus pada kaca spion yang kecil itu. Melihat masa lalu itu baik, tapi jangan
biarkan itu membelenggu batin atau memenjaraka jiwa yang secara fitrah adalah
ruangan yang lapang tanpa batas. Hanya ketidaksabaran dan ketidak ikhlasan
sajalah batas dari ruangan itu. Masa lalu adalah cermin kita memperbaiki diri,
namun itu bukan tujuan dari hidup kita.
Mereka mungkin paling keras protesnya ketika aibnya diketahui
banyak orang, sementara tak ada satupun dari mereka mau meminta maaf atas
penilaian penilaian yang salah yang telah mereka sebarkan tentang dirimu? Lalu
apa untungnya memikirkan semua itu? Apa untungnya menyimpan dendam untuk
mengurusi kekerdilan makhluk makhluk yang merasa terlalu intelektual dengan
sempitnya cakrawala empati dalam dirinya. Terlebih ketika telah menyemai
keangkuhan seakan kita membutuhkan mereka? Padahal hidup kita telah menjadi
jauh lebih berharga justru tanpa mereka. Ya Mereka, para penggurutu, para
penikmat ghibah, para zhindiq yang merasa surga selalu berada diatas
pembangkangan kelas teri. Para arogan yang bermain lidah atas lobi pembunuhan
karakter. Sejatinya… Allah tidak akan pernah meninggalkan orang – orang yang
menjaga niatnya.
Niat yang benar selalu hadirkan reaksi yang tenang. Niat yang
lurus selalu melupakan hal hal sepele untuk diurus. Niat yang baik, tak pernah
takut dengan cacat celah, ia selalu fokus pada pekerjaan hidupnya daripada
mengurusi orang lain. Niat yang tulus takkan pernah marah jika fitnah
menghampirinya, ia justru tersenyum, karena ia tahu implementasi dari niat ada
pada amal, dan jawaban kebenaran atas fitnah adalah, ketika amal menjabat erat
pelukan waktu. Maka kita hanya perlu fokus untuk meninggalkan hal – hal yang membuat
kita kehilangan fokus. Karena niat yang jujur akan selalu fokus pada perbaikan
diri daripada ketakutan atas hilangnya sebuah eksistensi. Percayalah, saat
niatmu hanya melahirkan ketakutan dan reaksioner, maka sejatinya disitu ada
kepalsuan.
Jangan, jangan habiskan waktu untuk meluruskan opini yang
salah tentangmu dimasyarakat. Fokuslah pada niatmu, karena jika kau fokus
disitu akan lahir amal yang menghidupkan jawaban diatas matras waktu yang sudah
digelar sebagai jalan bernama kehidupan. Cukuplah Lukman Al Hakim, Anaknya dan
keledainya yang menjadi cibiran dalam rangkaian kebingungan. Karena bukan orang
lain yang akan menilai amal kita, tapi Allah Swt.
Perbaikan diri adalah amal, niat adalah starter mesinnya.
Ibadah yaumiyah adalah bahan bakar komitmennya. Berjamaah adalah benteng dari
Iblisnya. Kepedihan itu anugerah, seperti kesedihan juga harta, karena dari
situ kita bisa menangis dan mengenal diri. Dari rasa sedih dan pedih sering
juga lahir penyesalan. Dan penyesalan ada ibroh, dan ibroh itulah sebaik –
baiknya nasehat kehidupan. Itulah dosen asli universitas kehidupan kita ini.
Maka belajarlah…dan lupakan sentimen masa lalu orang tentang dirimu. Karena
kita, Allah dan niat kitalah yang lebih tahu siapa diri kita sebenarnya.
Jum’at ini terlalu indah untuk dilewati tanpa senyuman. Tembok
pesimistis itu harus diruntuhkan segera, percayalah Allah Maha Tahu apa yang
kita butuhkan, ketika orang – orang sulit untuk memahami diri kita. Mereka
tidak akan mengerti dan tidak perlu dibuat mengerti tentang apa – apa yang
telah kita lewati dalam hidup kita. Kita mungkin pernah melewatkan momen momen
berharga dalam hidup kita, momen yang seharusnya bisa menjaga kita dari cerita
cerita yang tak perlu ada menghitamkan sejarah kita.
Sayangnya waktu tidak mengenal siaran tunda, Jika ada sesuatu
yang sangat berharga, maka itu adalah waktu. Siapapun orangnya, tidak akan bisa
mengulang setiap waktu yang sudah terlewatkan. Tidak peduli seberapa kaya orang
itu, seberapa penting jabatannya, waktu tidak mau diajak kompromi. Ia akan
terus berjalan. Tidak peduli apakah orang-orang mampu melewatinya dengan
menyenangkan, atau sebaliknya. Setiap orang, dimanapun ia berada, memiliki
waktu 24 jam dalam sehari. Tidak ada yg mendapatkan lebih, meski hanya satu
menit saja.Semua sama. Tidak kurang, tidak lebih.
Teman, untuk mencapai segala macam kesempurnaan, memang selalu
dibutuhkan proses ‘trial and error”. Oleh sebab itu, jika kemarin atau hari ini
Anda melakukan kesalahan, carilah kesempatan untuk memperbaikinya. Jika kita
gagal melakukan sesuatu hal, bukan berarti itu akhir segalanya. Belajarlah dari
kesalahan, dan berusahalah untuk tidak mengulanginya. Belajarlah memaafkan diri
sendiri & memaafkan orang lain, karena tidak ada manusia yang sempurna!
Bagaimanapun diri Anda di masa lalu, itu tidaklah penting.
Yang jauh lebih penting adalah bagaimana diri Anda di masa depan! Karena pada
hakekatnya, waktu hanyalah satu! Manusialah yang membaginya dalam deretan
panjang satuan waktu menjadi milyaran tahun, dan terus menghitungnya hingga
akhir zaman, dengan menggunakan alat bantu ukur, yaitu siang dan malamnya bumi.
Jumlah satuan waktu yang sangat panjang tersebut, bagi rentang hidup manusia,
hakekatnya adalah hanya 3 hari, yakni hari kemarin, hari ini dan hari esok.
Jadi lupakanlah yang ada dibelakang. Kita telah menuai apa yang pernah kita
tanam, dan orang lainpun akan mendapatkan dari apa yang telah mereka lakukan ke
diri kita. Jalanilah…Hadapi hidup dan tetaplah optimis. Nafas kita ini terlalu
fantastis untuk dihidupkan dalam perilaku yang pesimis.
Thufail
Al Ghifari – Bumi Allah, Jum’at/20 April 2012
Red
: Aditya Abdurahman Abu Hafidz

Posting Komentar